Download this Blogger Template by Clicking Here!

Senin, 01 Januari 2018

NASKAH TASAWUF TEUNGKU KHATIB LANGGIEN












Read More »

Kamis, 09 Februari 2017

Kisah Abu Dujanah

Alkisah, Ada salah satu sahabat Rasul yang bernama Abu Dujanah, ia dikenal sebagi orang yang sangat dekat dengan Rasul lullah SAW. Namun, Abu Dujanah tidak terbiasa dengan apa yang dilakukan oleh kebanyak sahabat, jika selesai Sholat subuh ia tidak menunggu sampai selesai dibacakan doa , tapi selalu bergegas pulang. Dan dalam sebuah kesempatan Nabi menegurnya, “Wahai Abu Dujanah, kenapa engkau tidak menunggu sampai dibacakannya doa?, tidakkah kau memiliki permintaan dan kebutuhan kepada Allah?” Abu Dujanah menjawab “iya Rasul ada,!” , Rasul berkata “lalu jika ada,mengapa engkau segera pulang?”. Abu Dujanahpun akhirnya menjelaskan “Bukannya aku tidak mau mendengarkan dan mengamini doamu ya rasul!, namun aku ini memiliki keluarga yang sangat miskin, tidak satupun makanan ada di rumahku, bahkan tidak jarang kami seharian menahan lapar. Sedangkan aku memiliki tetangga yang memiliki pohon korma yang batangnya condong ke rumahku, maka jika malam angin bertiup kencang, pasti buah-buahnya jatuh ke halaman rumahku!”.

Rasul berkata lagi “lalu apa masalahmu?” , Abu Dujanah meneruskan “ begini Ya Rasul, bahwa setiap malam anak-anakku menangis karena belum makan sepanjang hari”, pernah suatu hari usai solat subuh ku menunggu engkau, sampai mendengarkan engkau membacakan doa, namun yang terjadi ketika aku sampai di rumah aku lihat korma tetanggaku yang ada di halaman rumahku telah masuk ke dalam mulut anakku, maka segera aku ambil korma yang sedang dikunyahnya itu dengan jari ku, aku tidak mau mereka memakan yang bukan haknya, aku katakan kepada mereka “nak jangan kau permalukan ayahmu di akherat nanti, lantaran perbuatanmu ini, tidak akan kubiarkan nyawamu keluar dari jasadmu dalam keadaan memmbawa barang haram di dalam tubuhmu”. Si anakpun menangis karena sangat kelaparan, serta Abu Dujanah membawa kembali kurma tersebut kepada pemiliknya.

Mendengar kisah Abu Dujanah, Rasul dan para sahabat meneteskan air mata, sambil menangis Rasul memerintahkan Umar untuk mengumpulkan tetangga Abu Dujanah. Setelah terkumpul, Rasul berkata “Wahai kau pemilik pohon yang batangnya sampai ke rumah tetanggamu Abu Dujanah, kini aku beli pohon mu itu dengan 10 pohon korma di surga, yang akarnya dari permata hijau, pohonnya dari emas, dan dahannya darimutiara,dan di pohon itu terdapat bidadari sebanyak buah kuma yang ada di pohon tersebut!”. Si pemilik pohon yang belakangan diketahui sebagai seorang yang munafik ternyata menolaknya “saya tidak ingin menjualnya dengan harga yang kau janjikan di akhirat,tapi jika kau ingin membelinya maka saya menjualnya dengan harga tunai!”. Mendengar perkataan si munafik ini, Abu Bakar langsung maju ke hadapannnya “Hai fulan, ku beli pohon kormamu dengan 10 pohon korma terbaikku yang tidak ada bandingannya di kota Madinah.!”. Mendengar perkataan Abu Bakar maka senanglah si munafik tersebut Dan setujulah si munafik itu dengan Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar menghadiahkan pohon kurma tersebut untuk Abu Dujanah. Maka Rasul mengatakan kepada Abu Bakar “Hai! Abu Bakar, Allah akan mengantikan kebaikanmu di akhirat nanti”. Maka senanglah Abu bakar, bahagilah Abu Dujanah, dan gembiralah si munafik.

Si munafikpun pulang, sesampainya di rumah sang munafik yang berhasil mendapatkan 10 pohon korma terbaik di kota madinah berkata kepada istrinya “:Wahai istriku, aku mendapatkan keuntungan yang banyak hari ini, ku telah menjual pohon korma kepada Abu bakar untuk Abu Dujanah dengan 10 pohon korma terbaik di kota ini, namun ingatlah wahai istriku!pohon yang kita jual itu tetap dalam kebun kita yang kita makan buahnya,dan tidak akan ada satu buahpun akan kuberikan kepada Abu Dujanah,” dengan sombongnya dan jahatnya sang suami dan istri ini mengingkari perjanjian dengan Nabi dan sahabat, pohon yang dijanjikan akan diberikan kepada Abu Dujanah tidak mau diberikan sepenuhnya.

Allah berkehendak lain, setelah mereka tidur keesokan harinya pohon korma yang ada di rumah si munafik telah berpindah ke halaman rumah Abu Dujanah dengan kudrah dan kekuasaan Allah, seolah-olah pohon itu tidak pernah ada di kebun si munafik sehingga tak ada bekas tanda-tanda dulu ada pohon kurma pada tempat itu hinnga heranlah si munafik. sungguh sangat luar biasa. Kisah ini membuktikan pohon berpindah sebagai salah satu bagian dari Mu’jizat Rasulullah SAW. Dijelaskan oleh para ulama bahwa pohon saja mau beriman dengan Rasul, maka sungguh amat sangat aneh mereka yang dengan akalnya tidak mau beriman kepada Rasulullah SAW.



Referensi: ‘Ianah al-Tholobin bab Luqatah.hal 252 dengan beberapa perubahan

Read More »

Urutan Lengkap Khalifah Dalam Sejarah Islam

Dalam sejarah kaum muslimin hingga hari ini, pemerintah Islam di bawah institusi Khilafah Islamiah pernah dipimpin oleh 104 khalifah.
Adapun nama-nama para khalifah pada masa khulafaur Rasyidin sebagai berikut:
1.Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)
2.’Umar bin khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)
3.’Utsman bin ‘Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)
4.Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M)
5.Al-Hasan bin Ali ra (tahun 40 H/661 M)
Setelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Umayyah yang berlangsung lebih dari 89 tahun. Khalifah pertama adalah Mu’awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam.
Masa kekuasaan mereka sebagai berikut:
1.Mu’awiyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)
2.Yazid bin Mu’awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)
3.Mu’awiyah bin Yazid (tahun 64-68 H/683-684 M)
4.Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)
5.’Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-68 H/685-705 M)
6.Walid bin ‘Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)
7.Sulaiman bin ‘Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
8.’Umar bin ‘Abdul ‘Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)
9.Yazid bin ‘Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724 M)
10.Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)
11.Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)
12.Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
13.Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)
14.Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H/744-750 M)
Masa kepemimpinan Bani Umayyah berakhir pada tahun 132 H. Ini terjadi setelah Marwan bin Muhammad mengalami kekalahan dalam Perang Zab, melawan pasukan yang dipimpin Abu Abbas as-Saffah dari Bani Abbasiyah. Sejak saat itu kekhilafahan beralih ke Bani Abbasiyah. Masa kepemimpinan Bani Abbasiyah berlangsung selama kurang lebih 783 tahun. Khalifah pertamanya adalah Abu Abbas as-Saffah dan yang terakhir adalah al-Mutawakkil ‘Alallah. Masa kepemimpinan Bani Abbasiyah dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Kekhilafahan Abbasiyah yang berpusat di Irak dan yang berpusat di Mesir.
Para Khalifah masa Abbasiyah yang berpusat di Irak
I. Dari Bani ‘Abbas :
1.Abul ‘Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)
2.Abu Ja’far al-Mansyur (tahun 137-159 H/754-775 M)
3.Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)
4.Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)
5.Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786-809 M)
6.Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)
7.Al-Ma’mun (tahun 198-217 H/813-833 M)
8.Al-Mu’tashim Billah (tahun 218-228 H/833-842 M)
9.Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)
10.Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)
11.Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)
12.Al-Musta’in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)
13.Al-Mu’taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)
14.Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)
15.Al-Mu’tamad ‘Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)
16.Al-Mu’tadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)
17.Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)
18.Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)
II. Dari Bani Buwaih:
19.Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)
20.Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)
21.Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)
22.Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)
23.Al-Muthi’ Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)
24.Al-Thai’i Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)
25.Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)
26.Al-Qa’im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)
III. dari Bani Saljuk :
27. Al Mu’tadi Biamrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)
28. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)
29. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)
30. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)
31. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160)
32. Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)
33. Al Mustadhi’u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)
34. An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)
35. Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)
36. al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)
37. Al Mu’tashim Billah ( tahun 640-656 H/1242-1258 M)
Pada masa kepemimpinan al-Mu‘tashim Billah terjadi peristiwa tragis yang menimpa kaum Muslim.
Peristiwa itu adalah serangan tentara Tartar, pada tahun 656 H, ke jantung Ibu Kota Negara Khilafah, di Baghdad.
Tentara Tartar yang dipimpin Hulagu ini menyerang kaum Muslim secara biadab. Perang yang berlangsung selama 40 hari itu, selain berhasil membunuh Khalifah, juga membunuh anak-anak dan pamannya. Sebagian dari mereka ada yang ditawan.
Dikisahkan, tidak seorang pun yang selamat dari pembantaian sadis tentara Tartar, kecuali mereka yang bersembunyi di sumur atau di kolong jembatan. Diperkirakan lebih dari satu juta penduduk menjadi korban kebiadaban pasuka Tartar.
Akibat serangan ini, kaum Muslim tidak memiliki khalifah selama kurang lebih tiga setengah tahun.
Pada tahun 658 H, tentara Tartar meyeberangi sungai Furat dan mereka sampai di Halb. Di tempat itu mereka menghunus pedang dan melanjutkan perjalanan ke Damaskus. Bersamaan dengan itu, kaum Muslim yang ada di Mesir tengah mengkosolidasikan kekuatan untuk menyongsong tentara Tartar dengan semangat jihad yang membara.
Saat itu, kaum Muslim dipimpin oleh Saifuddin Quthuz al-Mu‘izzi, yang menjadi sultan di Mesir, dengan gelar al-Malik al-Muzhaffar.
Al-Muzhaffar dan panglimanya, Ruknuddin Baybars al-Bandaqadari, memimpin pasukan Islam untuk menyambut serangan orang Tartar. Mereka bertemu di ‘Ayn Jalut. Kedua pasukan ini terlibat dalam pertempuran sengit pada hari Jumat, 15 Ramadhan.
Tentara Tartar akhirnya kalah telak dalam pertempuran yang sangat monumental di dalam catatan sejarah kaum Muslim.
Memasuki tahun 659 H, Dunia Islam belum juga memiliki seorang khalifah.
Akhirnya, didirikanlah kekhilafahan di Mesir. Al-Muntanshir-lah yang diangkat sebagai khalifah pertama Bani Abbasiyah di Mesir.
Dia adalah seorang keturunan Bani Abbasiyah, yang berhasil lolos dari pembantaian tentara Tartar, dan berhasil menyelamatkan diri ke Mesir. Sejak saat itu, pusat kekuasaan Islam berpindah ke Kairo.
Pembaiatan al-Muntanshir sebagai khalifah berlangsung pada tanggal 1 Rajab 659 H.
Para Khalifah masa Abbasiyah yang berpusat di Mesir :
1. Al Mustanshir billah II (taun 660-661 H/1261-1262 M)
2. Al Haakim Biamrillah I ( tahun 661-701 H/1262-1302 M)
3. Al Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H/1302-1334 M)
4. Al Watsiq Billah I (tahun 732-742 H/1334-1354 M)
5. Al Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H/1343-1354 M)
6. al Mu’tadlid Billah I (tahun 753-763 H/1354-1364 M)
7. Al Mutawakkil ‘Alallah I (tahun 763-785 H/1363-1386 M)
8. Al Watsir Billah II (tahun 785-788 H/1386-1389 M)
9. Al Mu’tashim (tahun 788-791 H/1389-1392 M)
10. Al Mutawakkil ‘Alallah II (tahun 791-808 H/1392-14-9 M)
11. Al Musta’in Billah (tahun 808-815 H/ 1409-1426 M)
12. Al Mu’tadlid Billah II (tahun 815-845 H/1416-1446 M)
13. Al Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H/1446-1455 M)
14. Al Qa’im Biamrillah (tahun 754-859 H/1455-1460 M)
15. Al Mustanjid Billah (tahun 859-884 H/1460-1485 M)
16. Al Mutawakkil ‘Alallah (tahun 884-893 H/1485-1494 M)
17. al Mutamasik Billah (tahun 893-914 H/1494-1515 M)
18. Al Mutawakkil ‘Alallah OV (tahun 914-918 H/1515-1517 M)
Masa kepemimpinan Bani Abbasiyah yang perpusat di Mesir berakhir tahun 918 H. Ini terjadi ketika kondisi politik saat itu sudah sangat tidak stabil. Di samping karena adanya konflik internal, yang menyebabkan persatuan khilafah lemah, juga karena adanya ancaman serangan orang-orang Portugis yang sudah sampai di Luat Merah. Pada saat itu, kekuatan Utsmani yang ada di Turki muncul di bawah pimpinan Sultan Salim. Akhirnya, khalifah Abbasiyah terakhir, al-Mutawakkil ‘Alallah (III) turun tahta dan menyerahkan kekuasaan kepada Sultan Salim.
Kepemimpinan Khilafah Utsmaniyah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, sekitar 424 tahun, dari tahun 918-1342 H (1512-1924 M). Khalifah pertamanya adalah Salim al-Ula dan yang terkahir adalah ‘Abdul Majid ats-Tsani. Banyak prestasi yang berhasil diraih Kekhilafahan Utsmaniah, di antaranya adalah penaklukan Konstantinopel. Mereka telah mendatangi Eropa sampai di Austria, lalu mengepungnya lebih dari dua kali. Negeri-negeri Eropa yang berhasil dikuasai antara lain Hungaria, Beograd, Albania, Yunani, Rumania, Serbia, dan Bulgaria. Mereka juga telah menguasai seluruh kepulauan di Laut Tengah dan menariknya ke dalam pangkuan Islam.
Para Khalifah masa Utsmaniyah :
1. Salim I (tahun 918-926 H/1517-1520 M)
2. Sulaiman al-Qanuni (tahun 916-974 H/1520-1566 M)
3. salim II (tahun 974-982 H/1566-1574 M)
4. Murad III (tahun 982-1003 H/1574-1595 M)
5. Muhammad III (tahun 1003-1012 H/1595-1603 M)
6. Ahmad I (tahun 1012-1026 H/1603-1617 M)
7. Musthafa I (tahun 1026-1027 H/1617-1618 M)
8. ‘Utsman II (tahun 1027-1031 H/1618-1622 M)
9. Musthafa I (tahun 1031-1032 H/1622-1623 M)
10. Murad IV (tahun 1032-1049 H/1623-1640 M)
11. Ibrahim I (tahun 1049-1058 H/1640-1648 M)
12. Mohammad IV (1058-1099 H/1648-1687 M)
13. Sulaiman II (tahun 1099-1102 H/1687-1691M)
14. Ahmad II (tahun 1102-1106 H/1691-1695 M)
15. Musthafa II (tahun 1106-1115 H/1695-1703 M)
16. Ahmad II (tahun 1115-1143 H/1703-1730 M)
17. Mahmud I (tahun 1143-1168/1730-1754 M)
18. “Utsman IlI (tahun 1168-1171 H/1754-1757 M)
19. Musthafa II (tahun 1171-1187H/1757-1774 M)
20. ‘Abdul Hamid (tahun 1187-1203 H/1774-1789 M)
21. Salim III (tahun 1203-1222 H/1789-1807 M)
22. Musthafa IV (tahun 1222-1223 H/1807-1808 M)
23. Mahmud II (tahun 1223-1255 H/1808-1839 M)
24. ‘Abdul Majid I (tahun 1255-1277 H/1839-1861 M)
25. “Abdul ‘Aziz I (tahun 1277-1293 H/1861-1876 M)
26. Murad V (tahun 1293-1293 H/1876-1876 M)
27. ‘Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H/1876-1909 M)
28. Muhammad Risyad V (tahun 1328-1339 H/1909-1918 M)
29. Muhammad Wahiddin II (tahun 1338-1340 H/1918-1922 M)
30. ‘Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H/1922-1924 M

Read More »

Selasa, 10 Januari 2017

Syarat Sah Shalat

fiqhislamaswaja.com

Shalat merupakan rukun islam yang kedua. Shalat adalah ibadah yang paling sakral bagi umat islam. Sejarah mencatat bahwa shalat adalah ibadah yang langsung diterima oleh Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa mi’raj Nabi dari Baitul Maqdis ke Sidratul Muntaha, tanpa perantara apapun atau siapapun. Sedangkan ibadah-ibadah yang lain Allah perintahkan kepada nabi Muhammad dan Ummatnya melalui malaikat Jibril.

Dalam pelaksanaan ibadah shalat, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh setiap ummat islam, karena apabila syarat tersebut tidak terpenuhi akan menyebabkan shalat tidak sah, karna definisi dari syarat shalat adalah sesuatu hal yang dapat meyebabkan sah atau tidaknya shalat, tetapi ia bukan bahagian dari pada shalat”.

Adapun syarat-syarat tersebut adalah:
  1. Suci badan dan pakaian dari pada hadats dan najis
  2. Menutup aurat dengan pakaian yang suci
  3. Berdiri pada tempat yang suci
  4. Meyakini masuknya waktu shalat
  5. Menghadap qiblat
Referensi:
Kitab fathul qarib, juz.1, hal. 72 (dar ibnu hazm, beirut)

شروط الصلاة
{فصل} (وشرائط الصلاة قبل الدخول فيها خمسة أشياء): والشروط جمع شرط، وهو لغةً العلامةُ، وشرعًا ما تتوقف صحة الصلاة عليه وليس جزأ منها. وخرج بهذا القيد الركن، فإنه جزء من الصلاة.
الشرط الأول (طهارة الأعضاء من الحدث) الأصغر والأكبر عند القدرة؛ أما فاقد الطهورين فصلاته صحيحة مع وجوب الإعادة عليه؛ (و) طهارة (النجس) الذي لا يعفى عنه في ثوب وبدن ومكان. وسيذكر المصنف هذا الأخير قريبا. (و) الثاني (ستر) لون (العورة) عند القدرة ولو كان الشخص خاليا أو في ظلمة. فإن عجز عن سترها صلى عاريا، ولا يومئ بالركوع والسجود، بل يتمهما، ولا إعادة عليه. ويكون ستر العورة (بلباس طاهر). ويجب سترها أيضا في غير الصلاة عن الناس وفي الخلوة إلا لحاجة من اغتسال ونحوه. وأما سترها عن نفسه فلا يجب لكنه يكره نظره إليها. وعورة الذكر ما بين سرته وركبته، وكذا الأَمة؛ وعورة الحُرَّة في الصلاة ما سوى وجهها وكفيها ظهرا وبطنا إلى الكوعين؛ أما عورة الحُرَّة خارجَ الصلاة فجميع بدنها، وعورتها في الخلوة كالذكر. والعورة لغةً النقص، وتطلق شرعا على ما يجب ستره، وهو المراد هنا وعلى ما يحرم نظره. وذكره الأصحاب في كتاب النكاح. (و) الثالث (الوقوف على مكان طاهر)؛ فلا تصح صلاة شخص يلاقي بعضُ بدنه أو لباسه نجاسةً في قيام أو قعود أو ركوع أو سجود. (و) الرابع (العلم بدخول الوقت) أو ظن دخوله بالاجتهاد؛ فلو صلى بغير ذلك لم تصح صلاته وإن صادف الوقت. (و) الخامس (استقبال القبلة) أي الكعبة. سميت قبلةً لأن المصلي يقابلها، وكعبةً لارتفاعها. واستقبالها بالصدر شرط لمن قدر عليه

Read More »